Mengapa orang modern susah bahagia padahal materi berkelimpahan? Hal
ini karena untuk proposisi “aku ingin bahagia”, kebanyakan orang modern
fokus memikirkan “bahagia” dibanding “aku”. Krisis manusia modern
terjadi karena mereka tidak berpikir tuntas bahkan mereka lupa
memikirkan dirinya sendiri. Di sinilah letak posisi filsafat. Filsafat
merupakan upaya memikirkan berbagai hal secara menyeluruh atau holistik.
Filsafat Islam sendiri berkembang setelah berlangsungnya futuhat
atau pembebasan. Dengan meluasnya wilayah Islam, umat Islam mulai
bersentuhan dengan pemikiran asing seperti Yunani dan Persia. Para
filosof muslim dahulu merupakan filosof yang percaya diri menghadapi
berbagai pemikiran asing. Mereka mempelajari namun tidak menerima
mentah-mentah berbagai pemikiran tersebut. Mereka selalu berupaya
memodifikasi pemikiran yang masuk agar tidak bertentangan dengan Islam.
Memang proyek terbesar para filosof muslim adalah menunjukkan adanya
harmonisasi antara akal dan wahyu.
Hanya saja dalam buku-buku sejarah filsafat, sering ditulis rangkaian
para filosof muslim dimulai dari Al Kindi dan diakhiri dengan Ibn
Rusyd. Bila dikaji lebih detil, denyut filsafat Islam masih berdetak di
Persia pascainvasi Mongol ke dunia Islam yang dianggap
mematikan dinamika intelektual umat Islam. Tokoh yang terkenal di sana
adalah Shadr Al Din Al Syirazi atau yang lebih dikenal dengan Mulla
Shadra.
Shadra membawa warna baru dalam sejarah filsafat Islam setelah Paripatetisme (masya’iyyah) yang memuncak pada Ibn Sina dan Iluminasionasisme (isyraqiyyah)
yang berpuncak pada Suharawardi Al Maqtul. Warna baru pada filsafat
Islam tersebut bernama Hikmah Muta’alliyah atau eksistensialisme (wujudiyah).
Hikmah Muta’alliyah sebenarnya pertama kali diperkenalkan oleh Dawud
Al Qaisari dan telah dipakai oleh Ibn Sina dan Nasir Al Din Al Tusi.
Namun Hikmah Muta’alliyah secara sistematik dieksplorasi baru oleh
Shadra dalam kitabnya yang berjudul al Hikmah al Muta’alliyah fi al Asfar al Aqliyah al Arba’ah.
Pun demikian istilah Hikmah Muta’alliyah sebagai mazhab filsafat
diperkenalkan bukan oleh Shadra, namun oleh murid sekaligus menantunya
yang bernama Abd Al Razaq Lahiji.
Shadra memandang hikmah dan filsafat itu sama atau identik. Filsafat
merupakan upaya untuk meraih pengetahuan mengenai realitas sebagai mana
adanya melalui burhan (pembuktian) bukan diturunkan dari opini
atau dugaan. Sebagaimana para filosof muslim lainnya, Shadra juga
beranggapan bahwa filosof adalah manusia yang sempurna yang kedudukannya
berada setelah nabi dan imam (syiah).
Ke-Syiah-an Mulla Shadra terlihat dari sumber epistemik yang
digunakannya yang memasukkan sabda-sabda para Imam Syiah dan Kalam
Imamiyah di samping Al Quran dan Hadits (dalam terminologi Syiah).
Selain itu, sumber epistemik Shadra juga memiliki akar pada
filosof-filosof sebelumnya seperti Gnosis Akbarian (Ibn Arabi),
Iluminnasionisme Suhrawadi, dan Filsafat Paripatetik dan Neoplatonisme
lewat jalur Ibn Sina.
sumber : /salmanitb.com
2 Comments:
Assalamualaikum
Makalah yang luar biasa yang sangat menarik, bisakah di share jika ada link download kitab hikmah mutaaliyah - asfar aqliyah arbaah? Karena dari sekian banyak artikel yang saya baca hamper tidak ada yang merefer pada sumber aslinya, lebih banyak meng kompilasi dari ulasan bebrapa orang?
Atas share nya saya sampaikan terima kasih,
Salam,
Pencari…
Assalamualaikum
Makalah yang luar biasa yang sangat menarik, bisakah di share jika ada link download kitab hikmah mutaaliyah - asfar aqliyah arbaah? Karena dari sekian banyak artikel yang saya baca hamper tidak ada yang merefer pada sumber aslinya, lebih banyak meng kompilasi dari ulasan bebrapa orang?
Atas share nya saya sampaikan terima kasih,
Salam,
Pencari…
Posting Komentar